Setelah mendengar nasihat dari orang tua itu, Malikpun terus berlari sehingga dia sampai ke sebuah bukit yang agak tinggi dan akhirnya sampai ke puncaknya.
Ketika dia melihat ke bawah alangkah terkejutnya dia mendapati neraka terbentang luas. Beliau hampir terjatuh ke dalam neraka itu, karena rasa takut dan terkejut dengan ular besar yang senantiasa mengejar dirinya. Kemudian Malik mendengar satu suara yang sangat kuat, menyuruhnya mundur dari tempat itu.
“Wahai Malik, silakan engkau mundur dari sini! karena engkau bukan termasuk ahlinya,” kata suara itu.
Agak tenanglah hati Malik setelah mendengar suara itu, namun jika dia mundur ke belakang, maka didapatinya ular itu belum berhenti mengejarnya. Oleh sebab tidak ada jalan lain lagi, maka Malik terpaksa putar balik ke arah belakang hingga dia bertemu kembali dengan orang tua tadi.
“Wahai Syeikh! Aku benar-benar minta pertolongan engkau untuk menyelamatkan aku dari kejaran ular itu, tapi mengapa engkau enggan?" tanya Malik. Orang tua itu menjawab “Sudah aku katakan, bahwa aku ini sudah tua dan sangat lemah” jawabnya.
Lalu orang tua itu menunjuk ke arah sebuah bukit yang lain, dan menyuruh Malik bin Dinar pergi ke bukit itu karena di sana terdapat sebuah rumah.
Tanpa buang-buang waktu Malik segera berlari menuju bukit itu. Dibelakangnya, sang ular masih juga mengejar dengan ganasnya.
Setelah sampai di puncak bukit, tampak ada sebuah bangunan yang berbentuk tirus kubah bertingkap. Pada tiap-tiap tingkat kelihatan pintu yang teramat indah. Semua pintu itu bertahtakan mutiara yang indah dan zamrud yang berkilau-kilauan.
Kemudian dia coba memanjat pintu itu, lalu terdengar satu suara aneh, yang menurut fikirannya adalah suara malaikat berseru: “Bukalah pintunya dan angkatlah kain penutupnya. Keluarlah kamu sekalian, barangkali ada diantara kamu yang dapat menolong orang jahat ini”.
Setelah mendengar suara tersebut, tiba-tiba semua pintu terbuka dan sungguh aneh yang keluar dari pintu itu adalah semuanya anak-anak dengan wajah/muka yang berseri-seri.
Mereka memandang kepadaku dengan penuh belas kasihan, karena melihat aku sedang dalam ketakutan dikejar ular. Tiba-tiba aku melihat anakku Fatimah yang berusia dua tahun ada bersama-sama kumpulan anak-anak itu.
Seketika Fatimah memandangku, dia pun menangis, lalu berlari memelukku.
Kemudian tangan Fatimah menunjuk ke arah sang ular, dan secara tiba-tiba ular itupun pergi. Ular raksasa yang amat menakutkan itu kemudian lenyap dari pandanganku.
----------
Malik meneruskan kisah mimpinya. "Akupun meletakkan puteriku itu dalam pangkuanku dan dia asyik bermain dengan janggutku. Kemudian puteriku itu membaca sepotong ayat al-Qur’an surah al-Hadid (ayat: 16) yang artinya:
Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.
“Tatkala mendengar ayat yang dibacakan oleh anakku itu, tiba-tiba aku menangis dan menyesali semua dosa-dosa yang telah kulakukan. Kemudian aku bertanya kepada puteri kesayanganku, “Wahai Fatimah anakku, apakah arti/ maksud dari al-Qur’an itu?”
Fatimah menjawab: “Sesungguhnya saya faham akan segalanya ayah, bahkan lebih daripada ayah sendiri.”
Kemudian aku terus bertanya lagi: “Apakah maksudnya ular itu wahai anakku?”
Maka puteriku mengatakan kepadaku, bahwa ular itu adalah wujud dari perbuatan jahat selama hidupku yang hampir menjerumuskanku ke dalam api neraka.
“Tetapi siapa pula orang tua itu wahai anakku?" tanya Malik lagi.
“Dia adalah perbuatan baik yang pernah ayah lakukan, perbuatan baik itu menjadi lemah karena tertutup oleh banyaknya perbuatan jahat yang telah ayah lakukan. Dia tidak dapat menolong ayah” jawab puteriku.
Aku bertanya lagi: “Apakah yang kamu lakukan di rumah ini anakku? “Lalu puteriku menjawab: “Ayahku yang dikasihi Allah, kami semua adalah anak-anak Islam. Kami menunggumu hingga Hari Akhirat. Kemudian kami meminta Allah untuk keselamatan ayah-ayah kami.”
Sampai di sini, Malik terjaga dari tidurnya. Dia melihat ke kiri dan ke kanan, tidak ada siapa-siapa, ternyata dia baru sadar bahwa dia telah bermimpi. Dari mimpi itulah akhirnya dia menyadari bahwa itu merupakan suatu peringatan baginya.
Malik merasakan sudah sampai masanya dia harus insaf dan menghentikan semua amalan buruknya serta bertaubat kepada Allah. Sampai akhirnya Malik bin Dinar menjadi seorang ulama yang terkenal di bawah bimbingan hasan Al Basri.
--------
Itulah kisah taubatnya Malik bin Dinar Rohimahullah yang kemudian menjadi salah seorang imam generasi tabi'in, dan termasuk ulama Basrah. Dia dikenal selalu menangis sepanjang malam dan berkata: "Ya Ilahi, hanya Engkaulah satu -satunya Dzat Yang Mengetahui penghuni surga dan penghuni neraka, maka yang manakah aku di antara keduanya?" Ya Alloh, jadikanlah aku termasuk penghuni surga dan jangan jadikan aku termasuk penghuni neraka."
Malik bin Dinar Rohimahullah akhirnya bertaubat dan menjadi seorang yang alim. Beliau memiliki sanad beberapa hadits dari sayyidina Anas ibn Malik, serta meriwayatkan hadits dari banyak tabiin, seperti Ibn Sirin, Al Hasan dll.
Beliau merupakan ulama yang hidupnya sederhana. Rumahnya tidak berperabot, hingga dia tak punya kunci dan gembok rumah. Dia tak pernah makan daging kecuali saat idhul qurban karena ada anjuran untuk itu.
Beliau dikenal setiap harinya selalu berdiri di pintu masjid seraya berseru: "Wahai para hamba yang bermaksiat, kembalilah kepada Penolong-mu! Wahai orang-orang yang lalai, kembalilah kepada Penolong-mu! Wahai orang yang melarikan diri (dari ketaatan), kembalilah kepada Penolong-mu! Penolong-mu senantiasa menyeru memanggilmu di malam dan siang hari."
Jika berdoa, beliau selalu bermunajat sepanjang malam hingga fajar menyingsing.
“Aku ingin rezekiku hanya berupa kerikil yang aku isap. Aku tidak menginginkan hal lain lagi sampai aku menemui ajal.” demikian keinginan Malik ibn Dinar
Malik bin Dinar Rohimahullah wafat pada tahun 130 H/748 M. Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala merahmatinya dengan maghfirah dan rahmat-Nya yang luas.
---oo---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar